Rabu, 12 Juni 2013

Progres Mencari Uang

Sejak kecil entah kenapa sy selalu suka untuk melakukan pekerjaan atau belajar berdagang, intinya apapun yang bisa mendatangkan uang. Uang saku dari orang tua insy ada dan cukup, tapi sy sadar sejak kecil sy sangat suka berhitung. Belajar mencari uang tambahan, ada rasa kepuasan walau mungkin nominal yg didapat tidak seberapa. Ini pengalaman sy dr kecil mencari tambahan uang.

  1. Kelas 1-2 SD tiap musim lebaran sy jualan kembang api, dengan modal dari uang tabungan. Krn sy malu, saya ajaklah 2 temen saya utk keliling, kita bertiga teriak2 keliling jualan kembang api.
  2. Kelas 4-5 SD sy jg pernah menjadi buruh memotong bawang merah di tempat tetangga. Sepulang sekolah sy langsung ganti baju untuk kemudian bersama ibu-ibu lain (krn memang kebanyakan yg bekerja di situ adl emak emak) sy bekerja memotong bawang merah dengan upah 25 rupiah per kg. Seingat saya dalam setengah hari kadang bs dapet 4-6 kg, lumayan buat jajan, kalau dapat 125 rupiah cukup buat beli “Anak Mas” yang waktu itu adl makanan mewah buat kami.
  3. Mulai kelas 5 SD sy jg “nyambi “beternak ayam, tanpa modal yang besar sy dpt “gadoh” (apa ya bahasa Indonesia nya?) Jadi sistemnya begini, sejak anakan kecil baru menetas dr pemilik ayam diberikan kepada kita utk memelihara ayam itu sampai besar, nanti ketika sudah besar dibagi 2 antara pemilik dan sy yang memelihara.
  4. SMP. Sejak kelas 5 SD sampai lulus SMP beternak ayam sy lakukan sampai waktu itu jumlah ayam sampai 80 ekor. Hal ini tidak bs sy lakukan terus ketika SMU karena lokasi sekolah SMU yang jauh dr rumah.
  5. SMU-Pengalaman berdagang jaman SMU sangat minim, sy banyak waktu bermain sama teman2. Waktu itu cema pas kelas 2 bikin kaos kelas, sy yang handle, sy dapat untung 150rb kalau tdk salah, sy belikan sandal “hom*p*d” yang masih tersimpan sampai sekarang. Menjelang akhir Ebtanas sy tdk mau pengalamn ebtanas SMP terulang. Sy ikut bimbel, dan ckp semangat belajar. Tujuan sy cm satu, kalau sy tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri saya mending tidak kuliah, sy kasian orang tua karena tau betul kondisi keuangan keluarga yang serba pas-pas an. Bapak ibu adalah guru SD biasa, untuk membeli barang apapun pasti selalu berhutang terlebih dahulu. Sementara adik sy masih 2 (dua) orang dan sama2 sekolah jg.
  6. Masa Kuliah-Perjuangan membuahkan hasil. UMPTN sy diterima di UNSOED Jurusan Akuntansi, dan STAN Jurusan Kebendaharaan Negara. Ibu sy cm bilang, sama2 akuntansi ya milih yang Gratis aj to le. Siappp, sy laksanakan perintah Ibu. Kuliah lah saya di STAN (Sekolah Top Anti Nganggur, eh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara).  Semasa kuliah sy banyak bergabung dengan beberapa MLM (lebih dari 5 perusahaan). Juga bisnis sandal yang memberikan banyak sekali pelajaran berharga, ongkos belajar yang cukup besar. He he
  7. Masa Magang di Jakarta. Masa magang kerja selama 1 tahun di Jakarta dengan honor Cuma 400rb per bulan memaksa saya harus serba berhemat dan mencari peluang usaha tambahan uang. Makan sehari dua kali terpaksa masih harus tetap dilanjutkan. Satu tahun tanpa kos (numpang di ruang tamu kontrakan teman), naik kereta tanpa beli karcis, sampai hanya makan mi tiap malam adalah rutinitas selama hampir 1 tahun. Akhirnya sy dapat peluang membantu temen menjadi EO pelatihan Hipnosis di beberapa tempat di Jawa. Ilmu otomatis dapat jg secara gratis, uang jg lumayan buat menambah amunisi. Tapi gara2 ikut EO ini konsekuensinya adalah sy tiap jumat siang sudah bolos, sehingga di kemudian hari membawa akibat sy dilempar penempatan kerja di Ujung Indonesia. Banda Aceh Loun sayanggg.. Xi xi xiii.

Dagang adalah bakat lahir ???



Apakah Anda semua percaya bahwa dagang adalah bakat lahir atau bakat bawaan dari orang tua? Saya adalah orang yg tidak percaya hal itu sama sekali. KENAPA?

  1. Bapak dan Ibu sy tercinta adalah seorang guru SD, sampai sekarang Bapak pensiun pun seingat saya tdk ada usaha yang benar2 produktif dan bertahan.
  2. Keluarga besar “belum” ada yang menjadi pengusaha sukses. Sy katakan belum karena memang sampai saya lulus kuliah tahun 2004 belum ada satu pun keluarga besar yang sukses menjadi pedagang atau pengusaha. Baru pada akhir akhir ada 2 (dua) Mas sepupu yang sukses dengan usaha masing-masing.
  3. Didikan, dan mindset keluarga, lingkungan, sekolahan mayoritas adalah sekolah yang pintar, menjadi pegawai (syukur2 PNS) itu yg saya terima sejak kecil. Jarang sekali ada saudara/tetangga yang menyarankan untuk menjadi pedagang.

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG


Bismillahirohmaanirohiim Setelah sekian lama tidak menulis semoga bisa rutin menulis dalam blog ini. Semoga tidak ada dan timbul niatan pamer, riya’ atau sombong. Yang ada (semoga istiqomah) hanya niatan untuk berbagi pengalaman, ada yang baik semoga bisa menjadi pelajaran bersama tapi kalo ada yang buruk biarlah itu menjadi masa lalu sy pribadi (xi xi xii) Satu point yang pengen sy sampaikan adalah bahwa PNS bisa kaya TANPA KORUPSI. Bukan analisa, bukan penyimpulan dr pengalaman orang lain, bukan resume dr buku, tp berdasar pengalaman sy pribadi. Jika ada yang ingin sharing atau berbagi pengalaman sy sangat senang sekali…
Nama       : Aziz Khariri
TTL         : Magelang, Desember 1983
SD           : SDN Gunungpring 4 lulus tahun 1995
SMP        : SMPN 1 Muntilan lulus tahun 1998
SMU        : SMU 1 Kota Mungkid
KULIAH : STAN jurusan Perbendaharaan lulus
2004 2005-2007 Terdampar ujung Indonesia barat (Aceh) yang waktu itu baru saja terkena tsunami… 2007-2011 Jakarta
2011-now   Magelang

Senin, 16 Februari 2009

WAROENG SS DEPOK Part 1
















Semenjak kita sekolah mulai dari SD, kita sudah dapat pelajaran bahwa kebutuhan /primer pokok manusia adl :
* Sandang
* Pangan
* Papan.
Itu adalah pertimbangan sy ketika pertama kali memantapkan terjun di usaha makanan.
Pilihan selanjutnya adalah makanan seperti apa yg akan sy garap. Sy pelajari dr beberapa sumber, ternyata utk bisa eksis di usaha makanan, minimal kita harus senang dengan usaha tersebut dan harus "rela" spare waktu lebih utk merintis.
Sy liat dalam diri saya, utk point pertama insyaAllah sy bisa, namun utk point kedua sepertinya sy yang tidak bisa. Kondisi sy yang masih harus ngabdi negara sehingga tidak memungkinkan utk meristis benar-benar dari Nol.
Akhirnya sy putuskan (bersama partner 1 org) utk membeli Franchise (skr sdh tidak dibuka) Waroeng Spesial Sambal. Keunikan konsep Waroeng SS adl point utama kenapa sy berani ambil. Akhirnya pada tgl 5 Desember 2007 berdirilan outlet ke 22 Waroeng Spesial Sambal Depok yang beralamat di Jl. Margonda Raya No 518 H (50 m dr bundaran UI).
Pembukaan hari pertama Alhamdulillah cukup bagus, walaupun masih di bawah 1 juta. tapi kala itu merupakan rekor penjualan tertinggi kedua pembukaan hari pertama utk seluruh SS.
Maksud hati dulu dgn membeli franchise, akan ada dukungan full manjemen dr pusat. Tp (Alhamdulillah di kemudian hari) ternyata apa yang kita harapkan ternyata tidak memenuhi kedahagaan kami dalam mengelola SS tersebut. Kami berusaha dengan sekuat tenaga utk terus memperbaiki sitem guna memberikan yg terbaik bagi pelanggan.
Masalah tenaga kerja adl tantangan terberat setelah pemasaran. Turn over yang cukup tinggi pada awal2 sempat memusingkan kami. Solusinya adalah temukan sistem, bikin SOP, dan carilah tenaga yang tepat. Walaupun ini hanyalah sebuah waroeng yang notabene hanya jualan nasi, tapi kami tetap melakukan pertemuan2 rutin, rapat2 kecil, pengarahan2, sampai goal2 kita, tidak ketinggalan reward & punishment kita sampaikan juga di forum.
Praktis promosi yg kami lakukan hanyalah 1 kali pada awal2, yakni menyebar Flier dan undangan (yang ternyata kurang efektif).
Tak terasa ternyata sudah 1 tahun lebih Waroeng SS Depok berdiri, banyak pelajaran yang dapat kita petik. Trima kasih ya Allah, setelah sekian lama perjuangan kami, alhamdulillah sekarang sudah mulai berkembang dengan baik. Waroeng sudah mulai stabil menunjukkan peningkatan omzet, tenaga kerja juga semakin handal (paling dalam seminggu sy datang sekali).

NB :
1. Jangan gampang terpengaruh dengan iming2 Franchise yang masih baru. Sy yakin 100% bahwa kegagalan Franchisee adl karena dia tidak mau terjun. Dia bersikap seolah2 hanya sbg investor. Itu adl kesalahan terbesar.